Bagaimana Cara Mengajak Belajar Yang Menyenangkan?
Sebagian anak akan mudah bila diminta
untuk belajar, tetapi sebagian lainnya akan sulit untuk diminta
belajar. Mereka lebih memilih bermain ketimbang harus belajar. Sebetulnya hal ini adalah wajar karena dunia anak adalah bermain. Bila mereka dipaksa untuk belajar, yang ada malahan mereka akan merasa
tertekan, belajar dianggap sebagai beban bahkan ada pula yang sampai
menjadi anak pemberontak. Padahal ada kalanya anak memang
benar-benar harus belajar dan membutuhkan konsentrasi. Fenomena
inilah yang sering kita hadapi baik oleh para guru dalam menghadapi
siswanya di kelas ataupun oleh para orang tua menghadapi anaknya di
rumah.
Sebagai guru dan orang tua, hal ini
menjadi tugas kita dalam menyiasati bagaimana agar anak mau termotivasi
dalam belajar. Pertama-tama yang harus kita refleksikan adalah, apakah
kita sudah melibatkan diri kita untuk belajar bersama anak-anak atau
hanya menyuruh semata tanpa kita berpartisipasi aktif. Sebagai contoh,
seringkali kita mendengar orang tua menyuruh anaknya belajar dengan : “Kak, ayo belajar dong!” daripada kata-kata “Yuk, kita belajar,”.
Dua kalimat di atas berbeda makna. Kalimat pertama hanya sebuah instruksi
atau perintah dari orang tua agar anaknya belajar. Tak jarang orang
tua bahkan menyuruh anaknya belajar sambil mereka melakukan aktivitas
lainnya, apakah itu si ibu sambil memasak, sambil menyapu atau si ayah
sambil menonton televisi. Bahkan adapula yang menyuruhnya sambil
marah-marah atau membentaknya.
Sedangkan pada kalimat kedua, orang tua
mengajak untuk belajar bersama, sehingga anak akan merasa bahwa orang
tuanya memberikan perhatian, bimbingan dan turut andil dalam aktivitas
belajar bersama, bukan semata hanya menyuruh saja.
Refleksi kedua adalah bagaimana cara
kita dalam mengajarkan anak. Bisa jadi kita tidak sabaran, membentak
dan marah-marah dalam mengajarkan anak.
“Kan Mama sudah ngajarin berkali-kali, masa gitu aja gak bisa siiih….”.
Bagi orang dewasa membaca kata “Mama”
adalah hal yang sangat mudah. Tetapi bagaimana dengan anak kita yang
masih usia dini, yang sedang dalam tahap belajar membaca, mereka dapat
membedakan dan menyebutkan huruf “M” dan “A” saja harusnya sudah kita
syukuri. Dengan demikian, apakah memang anaknya yang tidak suka
belajar atau orang tuanya yang tidak bisa mengajar?
Pada dasarnya setiap otak anak adalah
otak pembelajar. Jadi tidak ada anak yang tidak suka belajar. Ketika mereka mendapatkan metode pembelajaran yang menyenangkan, mereka
akan dengan mudah memahami apa yang sedang mereka pelajari. Belajar
akan menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka, bukan karena tertekan
dan paksaan. Sebaliknya, ketika yang mengajari kurang menyenangkan,
pemarah dan tidak sabar, anak akan cepat merasa bosan dan tidak mau
belajar.
Dalam proses belajar mengajar, ada yang disebut metode anchoring,
yaitu mengaitkan antara pelajaran dengan yang memberi pelajaran. Bila yang memberi pelajaran menarik dan menyenangkan tentunya pelajaran
akan disukai oleh anak.
Ketika jaman kita sekolah di bangku SMP,
pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran yang ditakuti
murid. Bahkan bila gurunya tidak masuk mengajar, murid justru akan
senang dan bertepuk tangan. Tetapi, bila cara mengajar gurunya asyik,
menyenangkan, sabar, baik dan telaten, tentunya pelajaran matematika
bukan sesuatu pelajaran yang menakutkan ya?
Buatlah situasi agar kita sebagai pengajarnya anak-anak menjadi objek perhatian yang menarik bagi mereka. Make your self interesting!
Bila kita analogikan, seperti permainan topeng monyet.
Sebelum atraksi topeng monyet dimulai,
tukang topeng monyetnya menabuh musik terlebih dahulu agar mendapat
perhatian anak-anak. Mereka tidak perlu menyuruh anak-anak secara
verbal untuk menonton, melainkan justru anak-anak yang akan datang
dengan sendirinya karena rasa ingin tahu dan ketertarikan mereka melihat
pertunjukkan tersebut.
Begitupula bila kita ingin mengajarkan
anak membaca. Bantu mereka untuk menumbuhkan minat baca terlebih
dahulu. Kita bisa menceritakan buku-buku dengan tema yang menarik dan
disukai anak. Misalnya tentang robot, binatang atau tokoh kartun
kesukaan mereka. Dongengkan dengan suara keras dan intonasi yang
tidak monoton. Buatlah agar menjadi sesuatu yang menarik bagi anak.
Sehingga mereka akan curious (ingin tahu) dan dapat
menjadi topik obrolan menarik antara guru atau orang tua dan anak. Ketika anak sudah tertarik dan memiliki rasa ingin tahu, perlahan akan
timbul minatnya untuk membaca. Mereka akan rajin memilih buku yang
mereka sukai untuk dibaca. Ini artinya bahwa mereka sadar dengan
sendirinya (motivasi intrinsik), bahwa dengan membaca dan belajar mereka
akan mendapatkan banyak pengetahuan dan cakrawala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar