Minggu, 21 Desember 2014

CARA MENGAJAK ANAK BELAJAR MENYENANGKAN


Bagaimana Cara Mengajak Belajar Yang Menyenangkan?

Sebagian anak akan mudah bila diminta untuk belajar, tetapi sebagian lainnya akan sulit untuk diminta belajar. Mereka lebih memilih bermain ketimbang harus belajar. Sebetulnya hal ini adalah wajar karena dunia anak adalah bermain. Bila mereka dipaksa untuk belajar, yang ada malahan mereka akan merasa tertekan, belajar dianggap sebagai beban bahkan ada pula yang sampai menjadi  anak pemberontak. Padahal ada kalanya anak memang benar-benar harus belajar dan membutuhkan konsentrasi. Fenomena inilah yang sering kita hadapi baik oleh para guru dalam menghadapi siswanya di kelas ataupun oleh para orang tua menghadapi anaknya di rumah.

Sebagai guru dan orang tua, hal ini menjadi tugas kita dalam menyiasati bagaimana agar anak mau termotivasi dalam belajar. Pertama-tama yang harus kita refleksikan adalah, apakah kita sudah melibatkan diri kita untuk belajar bersama anak-anak atau  hanya menyuruh semata tanpa kita berpartisipasi aktif. Sebagai contoh, seringkali kita mendengar orang tua menyuruh anaknya belajar dengan : “Kak, ayo belajar dong!” daripada kata-kata “Yuk, kita belajar,”.
Dua kalimat di atas berbeda makna. Kalimat pertama hanya sebuah instruksi atau perintah dari orang tua agar anaknya belajar. Tak jarang orang tua bahkan menyuruh anaknya belajar sambil mereka melakukan aktivitas lainnya, apakah itu si ibu sambil memasak, sambil menyapu atau si ayah sambil menonton televisi.     Bahkan adapula yang menyuruhnya sambil marah-marah atau membentaknya.
Sedangkan pada kalimat kedua, orang tua mengajak untuk belajar bersama, sehingga anak akan merasa bahwa orang tuanya memberikan perhatian, bimbingan dan turut andil dalam aktivitas belajar bersama, bukan semata hanya menyuruh saja.

Refleksi kedua adalah bagaimana cara kita dalam mengajarkan anak.   Bisa jadi kita tidak sabaran, membentak dan marah-marah dalam mengajarkan anak.

“Kan Mama sudah ngajarin berkali-kali, masa gitu aja gak bisa siiih….”.

Bagi orang dewasa membaca kata “Mama” adalah hal yang sangat mudah.   Tetapi bagaimana dengan anak kita yang masih usia dini, yang sedang dalam tahap belajar membaca, mereka dapat membedakan dan menyebutkan huruf “M” dan “A” saja harusnya sudah kita syukuri.    Dengan demikian, apakah memang anaknya yang tidak suka belajar atau orang tuanya yang tidak bisa mengajar?

Pada dasarnya setiap otak anak adalah otak pembelajar. Jadi tidak ada anak yang tidak suka belajar. Ketika mereka mendapatkan metode pembelajaran yang menyenangkan, mereka akan dengan mudah memahami apa yang sedang mereka pelajari. Belajar akan menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka, bukan karena tertekan dan paksaan. Sebaliknya, ketika yang mengajari kurang menyenangkan, pemarah dan tidak sabar,  anak akan cepat merasa bosan dan tidak mau belajar.

Dalam proses belajar mengajar, ada yang disebut metode anchoring, yaitu mengaitkan antara pelajaran dengan yang memberi pelajaran. Bila yang memberi pelajaran menarik dan  menyenangkan tentunya pelajaran akan disukai oleh anak.

Ketika jaman kita sekolah di bangku SMP, pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran yang ditakuti murid. Bahkan bila gurunya tidak masuk mengajar, murid justru akan senang dan bertepuk tangan. Tetapi, bila cara mengajar gurunya asyik, menyenangkan, sabar, baik dan telaten, tentunya pelajaran matematika bukan sesuatu pelajaran yang menakutkan ya?

Buatlah situasi agar kita sebagai pengajarnya anak-anak menjadi objek perhatian yang menarik bagi mereka.  Make your self interesting!   

Bila kita analogikan, seperti permainan topeng monyet.

Sebelum atraksi topeng monyet dimulai, tukang topeng monyetnya menabuh musik terlebih dahulu agar mendapat perhatian anak-anak. Mereka tidak perlu menyuruh anak-anak secara verbal untuk menonton, melainkan justru anak-anak yang akan datang dengan sendirinya karena rasa ingin tahu dan ketertarikan mereka melihat pertunjukkan tersebut.

Begitupula bila kita ingin mengajarkan anak membaca. Bantu mereka untuk menumbuhkan minat baca terlebih dahulu. Kita bisa menceritakan buku-buku dengan tema yang menarik dan disukai anak. Misalnya tentang robot, binatang atau tokoh kartun kesukaan mereka. Dongengkan dengan suara keras dan intonasi yang tidak monoton. Buatlah agar menjadi sesuatu yang menarik bagi anak. Sehingga mereka akan curious (ingin tahu) dan dapat menjadi topik obrolan menarik antara guru atau orang tua dan anak. Ketika anak sudah tertarik  dan memiliki rasa ingin tahu, perlahan akan timbul minatnya untuk membaca. Mereka akan rajin memilih buku yang mereka sukai untuk dibaca.    Ini artinya bahwa mereka sadar dengan sendirinya (motivasi intrinsik), bahwa dengan membaca dan belajar mereka akan mendapatkan banyak pengetahuan dan cakrawala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar